Kami
sampai di Terminal Bus Edinburgh Waverley kira-kira pukul 9 pagi. Rencana awal
yang sudah kami susun adalah ke tempat rental
car bernama Enterprise untuk ambil mobil yang sudah Indra pesan sebelumnya.
Ya, kami rencana sewa mobil selama di Edinburgh termasuk untuk ke Scottish
Highland keesokan harinya. Jadilah kami berempat menggeret koper kami ke rental car tersebut. Sampai disana, ternyata
kami ditolak karena nggak ada SIM internasional. Jeng jeng..!
Indra
sudah berusaha menjelaskan bahwa ketika memesan dari branch rental car di London tidak ada masalah walaupun SIM Indra
merupakan SIM Indonesia (bukan Internasional). Selain itu Indra pernah sewa
mobil juga dari rental car yang sama untuk
sewa dari London sampai ke Manchester. Namun mbak petugas tetap kekeuh menolak
dan bahkan tidak memberikan solusi lain. They
just can’t accept it.
Kami
pun bingung karena rencana kami di Scotland sontak berantakan gara-gara hal
tersebut. Di tengah kebingungan itu kami memutuskan untuk cari café dulu untuk
duduk, mikir, dan sekalian sarapan. Mungkin dengan tubuh kenyang dan hangat
bisa dapat jalan keluar lain. Kami keluar ke jalan raya dan akhirnya menemukan
Costa di pinggir jalan (saking udah bingungnya kami waktu itu sampai nggak
menyadari bahwa pemandangan di sekitar Waverley ternyata bagus! Kami baru
menyadari nya ketika akan pulang dari Edinburgh beberapa hari kemudian).
Di
café kami memikirkan beberapa alternatif rencana. Mengingat jika kami tetap
tidak bisa sewa mobil kami harus memikirkan bagaimana transportasi ke Scottish
Highland. Belum lagi kami sudah pesan Airbnb untuk keesokan malamnya di
Inverness (sebuah kota kecil di daerah Highland). Kami sempat berpikir apakah
tidak jadi ke Scottish Highland dan langsung kembali ke London besok (dimana
rencana kami sebelumnya adalah ke Highland keesokan harinya lalu kembali ke
London lusa). Ataukah kami langsung ke Liverpool keesokan harinya sebagai ganti
tidak jadinya kami ke Highland. Urusan airbnb di Inverness sudah kami ikhlaskan
karena nggak mungkin banget kami nginep disana tanpa sewa mobil.
Saat
itu kemudian saya menghubungi teman sekolah saya yang sedang sekolah S2 di
Edinburgh, Akmal, untuk minta bantuan apakah dia atau temannya punya SIM
internasional ataukah ada referensi rental
car yang menerima SIM yang tidak internasional. Sementara kami juga mencari
info alternatif rental car via
internet. Singkat kata kami mendapatkan beberapa nama rental car untuk dicoba dihubungi.
Namun hasilnya nihil, mayoritas mensyaratkan SIM Internasional. Kalaupun ada
yang menerima, kami harus deposit sekitar kurang lebih setara Rp.20 juta (lupa
persisnya dan nama rentalnya) yang pada akhirnya nggak kami ambil karena
nominal nya yang cukup bikin sesak napas.
Akmal
akhirnya menawari apabila kami mau titip koper sementara di tempat dia. Jadilah
kami mencoba mendatangi satu rental car terakhir,
kalau masih nggak bisa juga kami memutuskan untuk titip koper lalu explore Edinburgh dengan jalan kaki,
besok ke cari tur ke Highland. Jadwal pulang ke London tidak berubah di lusa,
namun kami berpisah. Saya dan Mbak Citra langsung ke Liverpool untuk menghemat
waktu.
Kami
pun ke tempat Akmal dan merepotkan dia dulu dengan menitip koper-koper kami di
flatnya. Udah gitu masih ditawarin minum pula. Thank you very much Akmal for your kindness. Setelah ngobrol
sebentar, kami memutuskan untuk lanjut cari makan siang sambil cari tur ke
Highland untuk besok dan cari penginapan untuk besok malam, ya..gara-gara kami
nggak jadi menginap di Inverness otomatis di malam kedua besok kami belum punya
tempat tinggal 😖.
Kami sempat mengajak Akmal untuk ikut makan siang tapi sayang
dia nggak bisa karena sedang mengejar deadline
pengumpulan disertasi.
Kami
menemukan KFC dan akhirnya memutuskan untuk makan siang disitu sekaligus pesan tur
dan penginapan. Nggak mau membuang waktu lebih banyak lagi (yang sudah banyak
terbuang gara-gara masalah mendadak rental
car ini), kami langsung menuju Edinburgh Castle. Kami coba naik bus kesana.
Masih harus jalan lagi sih ke castle nya
(dan jalannya nanjak). Jadi ketika sampai di atas kami sudah cukup lelah. Kami
foto-foto sebentar di depan castle dan
kemudian lihat-lihat tartan. Sebenarnya bisa masuk castle tapi bayar. Dan berhubung sedang tidak terlalu antusias,
kami memutuskan nggak masuk ke dalam castle.
Di depan Edinburgh Castle |
Di depan Edinburgh Castle |
Setelah
selesai dari Edinburgh Castle dan lihat-lihat tartan, kami menyusuri daerah old town di sekitar Royal Mile.
Edinburgh ini kota nya cakep banget! Bangunan-bangunan di tengah kota nya masih
bergaya abad pertengahan dan masih terpelihara. Jadi di tengah kencangnya angin
dingin di Edinburgh kami berjalan di tengah kota dimana kanan kiri nya dikelilingi
bangunan ala kastil. What a lovely view. Suka banget sama kotanya 💗💗💗.
Center of the City |
Patung Hume di Edinburgh. Jempol kakinya banyak dipegang orang makanya warnanya beda sendiri |
Di
Royal Mile ini, kami sempat lihat seorang Bapak memainkan bagpipes (alat musik khas
Scotland) di pinggir jalan. Orang-orang banyak berkerumun dan si Bapak bilang “Kalau mau ambil foto, ambil foto aja!
Jangan malu! BE A REAL TOURIST!” Hahaha…
Alhasil
kami foto bareng si Bapak sambil kasih beberapa koin ke tempat musiknya.
Pose bareng Bapak yang pakai tartan dan bagpipes. Tiap motif Tartan di Scotland menunjukkan clan keluarga tertentu |
Ketika
kami mengunjungi beberapa toko souvenir kami menemukan beberapa hal menarik
seperti (sudah pasti) kain tartan yang lucu-lucu dan menggoda untuk dibeli dan sempat
kepo liat papan di sebuah toko wine. Di papan yang cukup besar tersebut ada tombol bertuliskan nama-nama daerah plus
nama wine. Jadi misalkan pengen tau daerah highland wine khas nya apa, tinggal
pencet, nanti lampu akan menyala di tenpat keterangan wine. Kita bisa lihat
apakah wine khas nya beraroma fruity, sweet atau yang lainnya. Berhubung nggak
minum wine jadi nggak begitu paham juga sih, tapi lumayan menarik juga untuk
dilihat.
Papan Informasi Wine |
Setelah
itu kami melihat ada toko es krim yang penuh orang antri, ternyata lagi ada sale. Teman saya lantas ikutan antri
untuk beli es krim. Kurang debus apalagi coba, di tengah suasana dingin, angin kencang,
kedinginan, kami masih juga kepo cobain es krimnya. Yah.. selalu ada excuse lewat kata-kata ‘kapan lagi…mumpung disini’.
Ice cream! |
Setelah
selesai kami memutuskan untuk mengambil koper yang kami titipkan namun
sebelumnya mampir beli snack yang katanya khas Scotland: Deep Fried Mars
Bar (Coklat Mars yang digoreng). Sensasi nya lumayan unik, kaya makan gorengan pisang
coklat tapi ini isinya coklat semua. Haha..
Setelah
ambil koper kami menuju ke airbnb tempat kami menginap. Naik apa? Naik
uber..hahaha.
Berhubung
kami sudah cukup lelah dan agak ribet dengan bawaan kami, kami memutuskan naik
uber (memanglah ini anugerah Allah banget ada uber di UK. Tiap nyasar atau udah
menyerah, langsung klik uber di smartphone) 🙈.
Begitu
sampai di airbnb tempat kami menginap, ternyata owner nya masih otw dan sampai kira-kira setengah jam kemudian.
Jadi kami sempat berdiri di depan rumah beserta koper kami. Mudah-mudahan nggak
ada yang mencurigai kami dengan pemandangan tersebut. Hahaha..
Setengah
jam kemudian Sarah, sang owner flat yang kami sewa, datang bersama dua anaknya
yang lucu-lucu bangettt… Satu anak perempuannya, Ella, berambut panjang dan
sangat cantik. Dan anak keduanya masih di dalam kereta bayi yang dibawa Sarah.
Kami pun salut dengan Sarah yang datang tergopoh-gopoh, sambil bawa dua anaknya
yang masih kecil, well..tanpa baby sitter
atau siapapun yang membantunya, lalu dengan ramah mengajak kami masuk dan
menjelaskan fasilitas-fasilitas di flatnya (yang mana lengkap banget). Luar
biasa deh ini keren dan recommended banget. Sayang saya nggak hapal alamatnya,
karena yang bagian ngurusin pesan airbnb adalah Indra dan Tania 😀.
0 comments:
Post a Comment