Thursday, July 31, 2014

Trip to Beijing-Shanghai - Day 2

Melanjutkan postingan sebelumnya disini , hari kedua di Zhongguo kami ke Gugong (Forbidden City) dan Niu Jie Mosque. Kami ke tujuan pertama kami, Forbidden City! Akhirnyaaaa… keinginan terpendam semenjak nonton Putri Huan Zhu pengen kesini kesampean juga. Forbidden City adalah sebutan untuk Istana tempat Kaisar China jaman dahulu tinggal dan memerintah. Yang namanya forbidden city ini gedeee banget, kalau mau masuk kesana harus sudah prepare jalan jauh, karena pintu masuk beda dengan pintu keluar, jadi sekali masuk susah untuk balik lagi ke depan. Sebagai penggemar Putri Huan Zhu, sebenernya saya mengharapkan bisa lihat spot spot  seperti yang digambarkan dalam novel maupun filmnya, tapi sayang banyak yang nggak boleh masuk, paling melongok aja dari luar lihat ruangannya. Hahaha..

Forbidden City !!!

Danau di bagian belakang Forbidden CIty


Di beberapa spot di forbidden city bisa ditemui 2 patung singa yang masing-masing mencengkeram bola dunia dan anak singa, filosofinya sih konon katanya seorang kepala Negara/kaisar harus bisa “berkuasa menaklukkan dunia”, tapi juga menyayangi rakyatnya seperti anaknya. Di beberapa tangga menuju bangunan bisa ditemui lintasan/tangga yang dirantai/nggak bisa dilewati, biasanya di bagian tengah. Bagian itu dulunya adalah tangga khusus untuk dilewati kaisar. Sekarang bisa dilihat di bagian yang ditutup itu ada beberapa koin tersebar, ya, orang zhongguo yang lempar koin kesitu mungkin semacam mengharap keberuntungan ya, mereka kan banyak percaya yang seperti itu.
Patung singa yang mencengkeram anak singa

Jalan tempat Kaisar, banyak koin yang dilempar kesitu

Setelah dari Forbidden City, lanjut ke Niujie Mosque. Sudah sedari niatan awal memang saya dan Dewi pingin banget mampir ke masjid di Zhongguo, untungnya teman-teman Chinese kita mau nganterin. Niujie Mosque merupakan masjid tertua di Beijing, dibangun tahun 996 SM. Jadi, daerah sekitar masjid situ memang daerah muslim, ada beberapa restaurant muslim juga. Berhubung kami kemarin sudah ditraktir sama Yuna dan Qiushi, kali ini giliran kami yang traktir mereka ke salah satu restoran muslim disitu.

Makan di salah satu resto muslim di Beijing

Waktu masuk ke Niujie Mosque, niat saya dan Dewi sekaligus sholat Dhuhur dan Ashar. Kami ketemu ibu penjaga masjid nya yang langsung ngomong zhongwen mengarahkan kami tempat wudhu, tempat sholat, dan toilet. Karena zhongwen kami yang pas-pas an dan Ibu itu ngomong super cepet, mulai oon deh, saya dan Dewi liat-liatan sambil bilang iya ngangguk ngangguk, tapi si Ibu tetap ngomong sambil menunjukkan tempat wudhu. Belakangan si Yuna yang abis dari toilet ngomong ke si Ibu, sepintas sempet kedengeran kayanya Yuna bilang “Mereka (saya dan Dewi) gak ngerti”. Hahaha..Entah deh. Yang jelas saya dan Dewi akhirnya wudhu sambil menebak-nebak, apakah tadi maksudnya kami gak perlu lepas sepatu dulu? *secara di Indonesia mau wudhu pasti lepas sepatu dulu* mungkin karena waktu itu lagi winter jadi dingin banget sehingga kami lepas sepatunya di dalem aja. Waktu kena air wudhu rasanya brrrrrrr… kaya wudhu pake es batu.
Setelah Sholat iseng ngajak foto si Ibu penjaga masjid tadi, buat kenang-kenangan aja ketemu sodara sesama muslim di negeri seberang. Hehehe…

Masjid Niujie berbentuk seperti kelenteng. I found "Laa ilaha illallahu" writing there! :)

Di dalam masjid

Foto Bareng Ibu penjaga Masjid
Malamnya, kami mencoba jajanan pinggir jalan zhongguo, namanya jianping dan malatang. Jianping ini kalo di indonesia semacam martabak, kalo malatang ini semacam...hmmm.. shabu-shabu gitu kali ya, tapi ini makannya di tenda pinggir jalan, kuahnya pedes banget tapi bukan pedes cabe, lebih kaya pedes nya merica. Malatang ini dijual harganya per 1 tusuk, waktu itu 1 tusuk 1 kuai (1 yuan). Rasanya enak bangettt dan bikin nagih.


Penjual Jian Ping

Malatang

Next: Tripto Beijing-Shanghai - Day 3

Tuesday, July 08, 2014

Just a random thought



I’ve never ask for this task, I don’t have ambition on it either. So I have nothing to lose, just (surely) wanna do my best. Let Allah assess you.

Dari awal, sampai sekarang, dan insya Allah kedepannya itu niatan saya J
Iya, saya memang orangnya plegmatis dan sering nrimo an, walaupun kadang juga keras kepala. Lagipula saya termasuk penganut faham “jabatan itu amanah, gak boleh diminta.” Lain halnya kalo situ yang ditugasi atau diminta, yaa.. walaupun naluri plegmatis saya juga beberapa kali ragu diawal dengan pikiran-pikiran macam “bisa nggak ya”, “kenapa gue?”, “aduh jangan gue deh”. Pesimis? Kind of ~ haha.. tapi begitulah biasanya reaksi awal saya, setelah sesudah nya pikir-pikir lagi barulah biasanya “Oke, bismillah aja, mudah-mudahan Allah kasih kemudahan.”

Just a random thought about this task..
Per awal tahun ini saya mendapat amanah baru dan bos baru. Yang pasti itu berarti tantangan baru, apalagi kalau menilik secara historikal, posisi atau amanah yang saya emban ini dulunya antara ada dan tiada *halah. Ada sih, tapi nggak rutin begitu lho. Jadi kendala pertama saya adalah saya nggak punya cukup benchmark untuk tugas ini. Terlebih juga pendahulu saya yang mengemban tugas ini tuntutan intensitas nya bisa dikatakan berbeda dengan saya, ibarat dahulu dia attach dengan si bos –katakanlah- 70%, kali ini tuntutan untuk saya harus lebih dari itu. Sempat ada keraguan juga “sebenernya si Beliau bener-bener butuh gue/posisi yang saya emban sekarang ini nggak sih? Kayaknya dulu-dulu juga nggak terlalu butuh ya”. Tapi balik lagi, saya tekankan lagi niat saya diawal tadi, dan juga saya meyakinkan diri saya seperti ini “terserah deh Yus, butuh atau nggak, bagaimanapun skenario nya, yang jelas elo sekarang diberi amahan ini, berarti ini udah rencananya Allah bikin kaya gini. Kalo gak dengan izin dia gak bakal juga lo diminta”. Oke.
Kini sudah hampir 7 bulan saya mengemban amanah ini *abaikan bahasanya yang berasa politis banget mentang-mentang lagi tahun pemilu*. Banyak hal yang saya pelajari. Meminjam istilah salah satu bos saya, saya belajar technical skill maupun behavior skill. Mungkin orang merasa apa sih gitu doang,lebay. Tapi buat saya yang selama ini lebih banyak kerja di belakang meja dan belum pernah menangani nasabah langsung, saya setidaknya mendapat gambaran gimana ketemu nasabah (walaupun memang levelnya beda dan kalau nanti saya kelak handle nasabah sendiri pasti bakal harus banyak belajar lagi). Tapi diambil positifnya aja.

Tantangannya? Banyak. Saya belajar memahami karakter si Beliau, berusaha menyesuaikan dengan keinginan dan kebiasaan Beliau. Kadang kalau saya membandingkan dengan teman-teman yang posisi nya sama dengan saya, bagaimana hubungannya dengan “Beliau” yang lain, campur aduk rasanya. Hahaha… diawal-awal saya banyak merasa sedih kalau membandingkan yang lain terlihat sangat attach sementara saya, lagi-lagi, meraba-raba saya harus ke arah mana, harus sejauh apa yang saya lakukan. Tapi itu proses. Saya belajar untuk itu, saya belajar untuk inisiatif dan tidak hanya menunggu. Saya ngerasain dari mulai di awal Beliau (bahkan) hanya melihat saya sepersekian detik ketika saya samperin, tetap “batu” kirim report atau apa yang kira-kira Beliau butuh, “muka badak” tiba-tiba muncul di acara yang Beliau hadir hanya untuk memastikan semua berjalan baik-baik saja dan Beliau tidak butuh suatu apapun. Yah~ capek? Mana ada kerja yang gak capek =P.
Hampir 7 bulan saya menjalankan tugas ini, saya belum bisa bilang sudah memahami Beliau. Sama sekali belum. Saya masih meraba sana-sini, tapi perlahan saya mulai menyesuaikan dengan Beliau. Kadang pengen juga sih minta dievaluasi kinerja saya selama ini gimana, yang jelas I’ve tried my best.
Lucunya juga, beberapa orang terkadang menanyakan hal –hal tertentu seolah saya sudah memahami Beliau. Beberapa bisa saya jawab, beberapa juga saya sendiri masih meraba. Kalo udah gitu saya cuma bisa senyum, i might have not undesrtand him so well, but I try to. Sampai kapan? Sampai amanah ini berakhir. Kalimat pembuka diatas selalu saya ingat-ingat kalau saya lagi merasa butuh re-charge energi. Tugas saya kan cuma menjalankan sebaik-baiknya :)

Anyway, terlepas dari hal tersebut adalah tugas, saya pribadi sebenarnya menyayangi Beliau seperti Bapak saya sendiri. Ini beneran dan bukan maksud apa-apa. Hahaha.. Sometimes he just reminds me of my own dad. Pernah suatu kali Beliau sakit dan tetap disibukkan oleh pekerjaannya, saya bener-bener ngerasa nggak tega sampai mau nangis. Pengen rasanya saya larang Beliau memforsir diri dan suruh istirahat. *yakalik tapi apalah saya ini*. Saya cuma bisa sekali dua kali menyampaikan agar Beliau istirahat. Sampai saya berfikir, kalau ini Bapak kandung saya sendiri pasti udah saya suruh istirahat aja sampe sembuh. :)

There are still few months to go.. dari awal, sekarang, dan insya Allah sampai amanah itu selesai diberikan pada saya, saya berulangkali camkan di pikiran saya:
I’ve never ask for this task, I don’t have ambition on it either. So I have nothing to lose, just (surely) wanna do my best. Let Allah assess you.

Sunday, April 13, 2014

Trip to Beijing-Shanghai - Day 1


Akhirnya kami menjejakkan kaki juga di Zhongguo! Ya, kami sampai di Beijing Capital International Airport jam 1 dini hari. Setelah melewati imigrasi dan ambil bagasi kami menunggu di ruang tunggu bandara, setelah sebelumnya ke mampir ke KFC beli dou jiang (susu kedelai).
@ Beijing Capital International Airport
Planning awal kami menunggu jam subway beroperasi sekitar jam 6, namun di tengah menunggu akhirnya galau. Dengan pertimbangan bawaan rempong dan pertama kali, Yovie usul supaya kita naik taksi aja ke hostel. Akhirnya kami pun memutuskan keluar bandara cari taksi, dan BRRRRR sumpah itu dingin BGT! *Ya secara ini pertama kalinya dalam hidup ngerasain suhu minus ya. Efeknya juga udah kaya di film, napas nya keluar embun putih. Hehehe.
Nunggu pagi di ruang makan hostel
Akhirnya kami dapat taksi dan langsung minta diantar ke Beijing Saga Youth Hostel di Shijia Hutong. FYI, kami sudah book jauh-jauh hari di booking.com. Pertimbangan kami pilih hostel itu selain review nya bagus, juga waktu check in nya cukup pagi. Sebenernya kami agak gambling juga memutuskan datang jam segitu, tapi kami pikir yang penting sampe hostel dulu deh, mudah-mudahan dibukain pintu. Di dalam taksi tentu saja Yovie yang jadi jubir kami..hahaha~ Kami sedikit-sedikit ngerti bagian dia cerita kalau ini pertama kali nya kami ke Zhongguo, lalu si supir taksi bilang Beijing ini gede banget, yang biasa dikunjungi wisatawan pasti Gugong (forbidden city), great wall, tiantan. Kata Yovie, sang supir juga bilang tadinya nggak mau mengangkut kami begitu lihat saya dan Dewi karena dia nggak bisa bahasa inggris, tapi begitu liat ada Yovie yang mukanya udah nyaru kaya orang zhongguo dia oke deh.

Walaupun Hostel tapi kamarnya bersih

Akhirnya kami tiba di hostel sekitar pukul 2 dini hari, untungnya kami dibukain pintu, dan akhirnya karena belum waktu nya check in, kami dikasih tebengan di ruang makan untuk menunggu pagi. Lumayan buat tidur dulu walopun di kursi. Jam 6 an kami baru check in dan ke kamar. Karena tepar, kami sempat tidur dulu sejam sebelum akhirnya janjian dengan teman yang juga akan menemani kami di Beijing.
Kami berkenalan dengan teman-beijing kami, namanya Hu Qiu Shi dan Yuna. Yuna lumayan bisa bahasa inggris katanya. Tujuan kami hari itu sebenarnya mau ke zoo liat panda dan jalan jalan sekitar Forbidden City, wangfujing, Tiananmen. Kami benar ke zoo, namun karena ternyata forbidde city hari itu tutup (entah karena ada event apa gitu waktu itu), kami mengalihkan ke Tiantan, dan tentunya tetap Wangfujing yang hits itu.
papan rute subway

Stasiun subway dekat hostel - Dengshikou St
petunjuk jalan di Beijing

Di Beijing zoo akhirnya kami lihat secara langsung Panda! Sayang tetap dikandangin jadi liatnya di balik kaca. Dari Beijing Zoo, kami ke Tiantan (Temple of Heaven). Disini banyak lansia yang sekedar duduk main mahjong, atau taici, atau kumpul-kumpul aja sesame mereka. So sweet deh liatnya. Tiantan itu konon tempat sembahyang para keluarga kaisar. Bentuk nya sendiri bulat dan ada filosofinya.


lansia yang kumpul di Tiantan
New Friend =)

Ada spot menarik di Tiantan ini:
1.       Tembok gaung (entah dinamain apa), tapi yang jelas tembok nya itu berbentuk kurang lebih setengah lingkaran. Konon katanya kalau kita teriak di satu sisi, orang yang ada di sisi seberang bisa dengar lewat tembok tersebut. Kami nyoba sih, tapi gak terlalu berhasil :p
 2.  

Ada batu yang konon katanya itu center , kalau kita ngomong dengan suara biasa disitu akan kedengeran lebih besar suaranya (seperti teriak). Dan orang-orang juga percaya kalo berharap disitu bisa jadi beneran, Yovie pernah berharap balik lagi ke Tiantan, dan bener dia balik lagi..Hahahah






Selanjutnya kami ke Wangfujing. Ini tempat lebih tepatnya jalan yang panjang begitu loh, nggak sebesar jalan biasa tapi juga nggak se-sempit gang. Yang paling terkenal disini adalah night market yang jual berbagai makanan/sate ekstrem, misalnya sate kalajengking, bintang laut, sampe yang paling yuckkkk banget adalah sate lava -.-“ Saya dan dewi sendiri
Sate binatang ekstrem di Wangfujing
 coba sate kambing khas zhongguo yang enak bangettt, nyoba sate cumi juga. kami dibeliin bing tang hulu juga ,persis kaya di film-film china klasik. Kami juga cicil cari-cari oleh-oleh. Satu hal yang harus selalu dilakukan selama belanja disini: Nawar! Kalo bisa pake zhongwen tapi kalo nggak juga gpp, mereka biasanya tawar menawar pake kalkulator. Karena penjual disini tega banget kalo kasih harga..

Pintu Masuk Wangfujing



Lucunya juga waktu kami naik subway ataupun bis kota, orang zhongguo pada kepo banget liat kami. Sempat ada yang liatin saya dan Dewi selama beberapa detik sengaja saya biarin aja sebelum akhirnya saya nengok tiba-tiba dan dia langsung mengalihkan muka. Berasa lucu aja diliatin penasaran gitu dan ketika kami ngomong Indonesia mereka ngeliatin. Berasa bule kalo di Indonesia.
Pengalaman menarik lainnya waktu kami lagi nungguin Yuna dan Qiu Shi ke toilet, ada seorang penjual topi menghampiri Yovie, saya dan Dewi. Dia nawarin topi ke kami, kami tolak secara halus pake bahasa Mandarin. Si Bapak tersebut tampak takjub lihat kami *terutama saya dan Dewi yang bermuka sangat non oriental* dan komen kalo zhongwen kami bagus *geer dikit..haha*, terus dia nebak kami ini pelajar. Kami jawab "bukan, kami turis". Dia  sambil senyum masih bilang "wah.. zhongwen kalian bagus.." dan sesaat jadi amaze juga sama reaksi nya yang tetiba ramah, mungkin seneng kali ya, kaya' kita aja kalo ada turis bisa Bahasa Indonesia kan jadi antusias :D


Next: Trip to Beijing-Shanghai - Day 2

Saturday, April 05, 2014

Trip to Beijing-Shanghai - The Preparation

Bismillah…
I’m back! Akhirnya menyempatkan waktu untuk share trip saya 1,5 bulan yang lalu ke salah satu tempat impian saya: Zhongguo! =)

Tulisan ini akan dibagi beberapa part dan mudah-mudahan saya konsisten menulisnya. Amin.
Didasari kesukaan saya pada hal-hal berbau oriental, saya akhirnya berhasil menjejakkan kaki di Negeri Tirai Bambu. Alhamdulillah! Ini termasuk mimpi dan resolusi saya dari tahun ke tahun yang akhirnya baru kesampean tahun ini.Hehehe. 
Tersebutlah teman saya, panggil saja Dewi, yang juga sama-sama pribumi dan memiliki kesukaan yang sama dengan saya, kami kenal beberapa tahun lalu waktu jaman kuliah dan kenalnya darimana coba? Karena kita sesama pendengar radio mandarin di Bandung waktu itu dan dia add saya di friendster (sound like a long time ago hahaha). Jadi ini mimpi kami berdua, sesama pribumi yang nggak ada tampang orientalnya sama sekali dan ga ada putihnya sama sekali, yang mulai “diseriusi” untuk melanglang buana ke Negeri Tirai Bambu mulai tahun lalu. Mulailah kami pikir-pikir mau jalan sendiri atau pake tour, planning kami waktu itu “oke, kita ke zhongguo di bulan agustus aja pake tour” dengan pertimbangan pas musim fall Zhongguo lagi bagus-bagus nya. Pake tour karena takut hilang di negeri orang. Iya sih, kami bisa zhongwen dikit-dikit tapi tetep aja kalo berduaan kesana itu terlalu nekat, pikir kami.
Trip partner

Sampai beberapa bulan kemudian, Dewi dengan antusiasnya bilang ke saya “Yus, ke zhongguo bareng Yovie yuk. Pas libur sincia dia ke Indo, pas dia balik zhongguo kita bareng aja.” Jrengggg.. *jujur langsung ikut antusias tapi deg-degan juga* Gimana engga, tadinya mau bulan agustus pake tur, ini tiba-tiba mau ikut salah satu teman kami (yang juga dulunya pendengar radio mandarin dan sedang kuliah di zhongguo sekarang) dan pergi bulan februari! Dengan banyak pertimbangan bin galau-galau, singkat cerita kami memutuskan, yes.. ayo kita niatin pergi ke zhongguo tanpa tur bulan februari. Mulailah kami ambil langkah yang “tidak terlalu berisiko”, ikut beli tiket ke zhongguo bareng Yovie, yah sesial-sialnya kalo nggak jadi berangkat korban harga tiket itu. Tapi kata orang kalo kebanyakan mikir juga gak bakal jadi, so memang harus diawali dengan satu langkah konkrit yang nanti akan mendorong ke langkah-langkah berikutnya, akhirnya kami beli lah tiket tersebut : Air Asia JKT-Beijing 16 Februari. Walau terdengar agak norak tapi saat itu kami benar-benar deg2an nggak percaya sudah berani ambil langkah itu *yaa,,secara kami bukan orang kaya yang beberapa kali ke luar negeri juga, perjalanan keluar negeri saya cuma 2x doang seumur-umur, terakhir saya keluar negeri juga ke Singapore doang dan dibayarin orang =P. Lambat laun dengan segala perjuangan, tantangan dan bahkan udah pasrah nyaris batal ke zhongguo *halah* akhirnya kami berhasil mewujudkan rencana kami.
Karena kami nggak ikut tour, kami pun sudah merencanakan berbagai planning, misalnya:
  • Tujuan kami ke Beijing dan Shanghai dalam seminggu, tapi teman saya yang kuliah disana itu nggak bisa menemani di Shanghai, jadi dengan nekat juga saya dan Dewi memutuskan “gapapa deh” nanti pulang dari Shanghai ke Jakarta nya berdua aja.
  • Kami kontak teman saya (yang lain) di zhongguo, mengabari kami akan kesana dan apakah ada yang bisa menemani kami selama disana, terutama di Shanghai. Dan oke, sampai dengan beberapa hari sebelum keberangkatan akhirnya kami mendapat kepastian akan ada yang bisa jadi guide kami di Beijing dan Shanghai.
  • Eh kebetulan banget *rahasia Allah* pas saya minta ijin cuti ke bos saya, bos saya bilang ke saya untuk kasih tau ke cabang kantor kami di shanghai. Awalnya saya beralasan ini kan trip pribadi, nggak enak kan nanti kesannya malah memanfaatkan atau apa, dan saya nggak kenal juga dengan orang-orang disana, tapi okelah saya nurut akhirnya.

Dengan segala persiapan matang itu akhirnya berangkatlah kami ke Zhongguo! Transit di Kuala lumpur kurang lebih 3 jam dan dari Kuala Lumpur ke Beijing itulah kita mulai “berada di dunia lain”. Udah banyak yang ngomong zhongwen mulai di bandara dan di pesawat. Lucunya, karena Yovie berwajah sangat oriental banyak orang mengira dia orang zhongguo tulen, padahal dia Chinese Indonesian. Jadilah pas kita bertiga ngobrol dalam bahasa Indonesia, beberapa orang ngeliatin kami, terutama Yovie.

Dari Indonesia kami nggak menukarkan terlalu banyak ringgit, cuma nuker sekitar 50 ringgit buat makan di bandara dan di pesawat ke Beijing, secara nanti sampai Beijing dini hari jam 1 pagi. *nasib low cost flight* hahaha
Fried Mie Mamak @ LCCT Kuala Lumpur

Nasi Rendang ala Air Asia

Sunday, January 05, 2014

Welcoming 2014

Bismillah..


 Seperti biasanya, saya selalu review sedikit tiap akhir tahun. Kali ini agak telat sedikit tapi nggak apa-apa lah ya. Yang penting niatnya. Sayangnya juga review tahun-tahun sebelumnya ada di blog lama saya yang sudah mati website nya itu :(


2013..
It was a hard year for me, full of lesson-year as well. Di tahun ini saya mendapat cobaan pelajaran yang bikin saya belajar banyak hal. Saya pernah catat hal ini sebenernya, sebagai sesuatu yang mudah-mudahan bisa saya jadikan pelajaran berharga buat anak saya kelak (well prepared banget ya..hahaha). Dua hal besar yang bisa saya ambil dari pelajaran yang saya alami.

Satu, saya yakin banget Allah SWT sayang banget sama saya, saya bisa bilang itu karena pertama kali banget “cobaan” itu dimulai adalah tanggal 1 Ramadhan kemarin. Semenjak itu lah pergulatan batin saya dimulai. semua kegalauan saya, tangisan saya, rasa sakit saya, dimulai dari hari itu. *loh jadi curcol*. Intinya saya benar-benar merasakan titik dimana saya down dan berusaha keras untuk bangkit. Tapi dibalik sakit yang saya rasakan itu saya merasa Allah sayang banget sama saya sampai dikasih pelajaran pas banget mulai hari itu. Saat itu bisa dibilang saya mencari pelarian, caranya? saya jadi nyari2 momen buat dengerin ceramah dan berusaha mendekat ke Dia. Bukan saya sok alim, NO. saya sadar diri saya masih sangat kacau, tapi waktu itu waya merasa betul-betul butuh sesuatu yang bisa bikin rasa sakit saya berkurang. Saya merasa itulah yang saya bisa, daripada saya lari ke hal-hal aneh, saya nggak peduli dicap sok alim lah apa lah. Abis saya melakukan pelarian ke Dia, apakah saya otomatis jadi super woman? Ya enggak lah, but it helps. Really.
Beberapa kali masih belum hilang sakitnya, tapi kadang saya merasakan kekuatan yang bisa membuat saya lebih baik, dan saya yakin itu bukan kekuatan saya, itu Dia yang ngasih. Seiring waktu Dia membantu saya bangkit dan berusaha menerima cobaan tersebut. Terkesan lebay kali ya, tapi saya adalah penganut “kalo nggak ngerasain sendiri pasti nggak tau gimana rasanya dan perjuangannya” hehehe. I’m better now, because of Him. Meskipun kadang saya tetap seorang manusia biasa yang kadang terbersit “kenapa rasanya nggak adil banget buat saya”, tapi saya belajar bahwa Allah itu Maha Adil. Bahkan orang non muslim pun pasti percaya apapun ada balasannya kan. Tuhan itu Maha Adil, Dia ga pernah tidur, apa yang kita lakuin pasti akan dapet balasannya, even lewat cara yang ga kita duga-duga.
Beberapa waktu lalu saya juga dapat teori soal keseimbangan di alam ini. Intinya apa yang kita keluarkan pasti sama dengan yang kita dapat. Jadi coba introspeksi diri aja, soal orang lain yang menyakiti kita, biarkan Allah bekerja dengan caraNya. We just have to believe it :)

Dua, masalah membuat kita tahu bahwa keluarga lah tempat kita kembali (setelah yang pertama tadi Tuhan). Orang tua. Beneran deh orang tua selalu ada saat dimana kita down. People can ignore you, can tell that you’re lebay, can’t feel how you feel, but you parents won’t do it. They will listen to you, encourage you no matter what, and of course they always pray for you!
Problem also can show you people who really care about you. You’ll know who you can rely on.

Dalam hal mimpi saya yang ingin saya raih di 2013 nggak terlalu banyak hal berarti sih.hahaha… salah satu mimpi saya yaitu ke China belum bisa saya wujudkan tahun ini, walaupun saya udah temple beginian di meja:




Tapi gapapa, yang penting bermimpi dulu, insya Allah itu mendorong kita mewujudkannya. I’m on my way to make it comes true!
Jadi inget dulu pas kuliah ngejar lulus sidang juga bikin tempelan. And I made it. J jadi ada baiknya juga di-visualisasikan biar termotivasi terus.

Tempelan di kamar kos waktu ngejar sidang sarjana
Di tahun 2014 resolusi atau harapan saya sebenernya nggak muluk-muluk (tapi katanya kalo bikin mimpi mending yang tinggi sekalian ya).  
  • Hidup dengan sehat dan bahagia selalu sekeluarga sama ayah, ibu, adik.
  • Menemukan partner yang membahagiakan dunia akhirat dan saya juga bisa membahagiakan dia dunia akhirat. Hohoho..
  • Ke China!
  • Semoga bisa melakukan hal-hal yang saya sukai lebih sering: bermandarin ria, nulis, main piano, mulai crochet an lagi
  • Dalam hal kerjaan/karir, mendapat jalan kearah yang saya senangi, atau s2 mungkin? Hehehe.. ga ada yang tau masa depan.

Sekian resolusi saya. Semoga terwujud. Amiin ya Robbal 'alamiiin... :)

Thursday, July 31, 2014

Trip to Beijing-Shanghai - Day 2

Melanjutkan postingan sebelumnya disini , hari kedua di Zhongguo kami ke Gugong (Forbidden City) dan Niu Jie Mosque. Kami ke tujuan pertama kami, Forbidden City! Akhirnyaaaa… keinginan terpendam semenjak nonton Putri Huan Zhu pengen kesini kesampean juga. Forbidden City adalah sebutan untuk Istana tempat Kaisar China jaman dahulu tinggal dan memerintah. Yang namanya forbidden city ini gedeee banget, kalau mau masuk kesana harus sudah prepare jalan jauh, karena pintu masuk beda dengan pintu keluar, jadi sekali masuk susah untuk balik lagi ke depan. Sebagai penggemar Putri Huan Zhu, sebenernya saya mengharapkan bisa lihat spot spot  seperti yang digambarkan dalam novel maupun filmnya, tapi sayang banyak yang nggak boleh masuk, paling melongok aja dari luar lihat ruangannya. Hahaha..

Forbidden City !!!

Danau di bagian belakang Forbidden CIty


Di beberapa spot di forbidden city bisa ditemui 2 patung singa yang masing-masing mencengkeram bola dunia dan anak singa, filosofinya sih konon katanya seorang kepala Negara/kaisar harus bisa “berkuasa menaklukkan dunia”, tapi juga menyayangi rakyatnya seperti anaknya. Di beberapa tangga menuju bangunan bisa ditemui lintasan/tangga yang dirantai/nggak bisa dilewati, biasanya di bagian tengah. Bagian itu dulunya adalah tangga khusus untuk dilewati kaisar. Sekarang bisa dilihat di bagian yang ditutup itu ada beberapa koin tersebar, ya, orang zhongguo yang lempar koin kesitu mungkin semacam mengharap keberuntungan ya, mereka kan banyak percaya yang seperti itu.
Patung singa yang mencengkeram anak singa

Jalan tempat Kaisar, banyak koin yang dilempar kesitu

Setelah dari Forbidden City, lanjut ke Niujie Mosque. Sudah sedari niatan awal memang saya dan Dewi pingin banget mampir ke masjid di Zhongguo, untungnya teman-teman Chinese kita mau nganterin. Niujie Mosque merupakan masjid tertua di Beijing, dibangun tahun 996 SM. Jadi, daerah sekitar masjid situ memang daerah muslim, ada beberapa restaurant muslim juga. Berhubung kami kemarin sudah ditraktir sama Yuna dan Qiushi, kali ini giliran kami yang traktir mereka ke salah satu restoran muslim disitu.

Makan di salah satu resto muslim di Beijing

Waktu masuk ke Niujie Mosque, niat saya dan Dewi sekaligus sholat Dhuhur dan Ashar. Kami ketemu ibu penjaga masjid nya yang langsung ngomong zhongwen mengarahkan kami tempat wudhu, tempat sholat, dan toilet. Karena zhongwen kami yang pas-pas an dan Ibu itu ngomong super cepet, mulai oon deh, saya dan Dewi liat-liatan sambil bilang iya ngangguk ngangguk, tapi si Ibu tetap ngomong sambil menunjukkan tempat wudhu. Belakangan si Yuna yang abis dari toilet ngomong ke si Ibu, sepintas sempet kedengeran kayanya Yuna bilang “Mereka (saya dan Dewi) gak ngerti”. Hahaha..Entah deh. Yang jelas saya dan Dewi akhirnya wudhu sambil menebak-nebak, apakah tadi maksudnya kami gak perlu lepas sepatu dulu? *secara di Indonesia mau wudhu pasti lepas sepatu dulu* mungkin karena waktu itu lagi winter jadi dingin banget sehingga kami lepas sepatunya di dalem aja. Waktu kena air wudhu rasanya brrrrrrr… kaya wudhu pake es batu.
Setelah Sholat iseng ngajak foto si Ibu penjaga masjid tadi, buat kenang-kenangan aja ketemu sodara sesama muslim di negeri seberang. Hehehe…

Masjid Niujie berbentuk seperti kelenteng. I found "Laa ilaha illallahu" writing there! :)

Di dalam masjid

Foto Bareng Ibu penjaga Masjid
Malamnya, kami mencoba jajanan pinggir jalan zhongguo, namanya jianping dan malatang. Jianping ini kalo di indonesia semacam martabak, kalo malatang ini semacam...hmmm.. shabu-shabu gitu kali ya, tapi ini makannya di tenda pinggir jalan, kuahnya pedes banget tapi bukan pedes cabe, lebih kaya pedes nya merica. Malatang ini dijual harganya per 1 tusuk, waktu itu 1 tusuk 1 kuai (1 yuan). Rasanya enak bangettt dan bikin nagih.


Penjual Jian Ping

Malatang

Next: Tripto Beijing-Shanghai - Day 3

Tuesday, July 08, 2014

Just a random thought



I’ve never ask for this task, I don’t have ambition on it either. So I have nothing to lose, just (surely) wanna do my best. Let Allah assess you.

Dari awal, sampai sekarang, dan insya Allah kedepannya itu niatan saya J
Iya, saya memang orangnya plegmatis dan sering nrimo an, walaupun kadang juga keras kepala. Lagipula saya termasuk penganut faham “jabatan itu amanah, gak boleh diminta.” Lain halnya kalo situ yang ditugasi atau diminta, yaa.. walaupun naluri plegmatis saya juga beberapa kali ragu diawal dengan pikiran-pikiran macam “bisa nggak ya”, “kenapa gue?”, “aduh jangan gue deh”. Pesimis? Kind of ~ haha.. tapi begitulah biasanya reaksi awal saya, setelah sesudah nya pikir-pikir lagi barulah biasanya “Oke, bismillah aja, mudah-mudahan Allah kasih kemudahan.”

Just a random thought about this task..
Per awal tahun ini saya mendapat amanah baru dan bos baru. Yang pasti itu berarti tantangan baru, apalagi kalau menilik secara historikal, posisi atau amanah yang saya emban ini dulunya antara ada dan tiada *halah. Ada sih, tapi nggak rutin begitu lho. Jadi kendala pertama saya adalah saya nggak punya cukup benchmark untuk tugas ini. Terlebih juga pendahulu saya yang mengemban tugas ini tuntutan intensitas nya bisa dikatakan berbeda dengan saya, ibarat dahulu dia attach dengan si bos –katakanlah- 70%, kali ini tuntutan untuk saya harus lebih dari itu. Sempat ada keraguan juga “sebenernya si Beliau bener-bener butuh gue/posisi yang saya emban sekarang ini nggak sih? Kayaknya dulu-dulu juga nggak terlalu butuh ya”. Tapi balik lagi, saya tekankan lagi niat saya diawal tadi, dan juga saya meyakinkan diri saya seperti ini “terserah deh Yus, butuh atau nggak, bagaimanapun skenario nya, yang jelas elo sekarang diberi amahan ini, berarti ini udah rencananya Allah bikin kaya gini. Kalo gak dengan izin dia gak bakal juga lo diminta”. Oke.
Kini sudah hampir 7 bulan saya mengemban amanah ini *abaikan bahasanya yang berasa politis banget mentang-mentang lagi tahun pemilu*. Banyak hal yang saya pelajari. Meminjam istilah salah satu bos saya, saya belajar technical skill maupun behavior skill. Mungkin orang merasa apa sih gitu doang,lebay. Tapi buat saya yang selama ini lebih banyak kerja di belakang meja dan belum pernah menangani nasabah langsung, saya setidaknya mendapat gambaran gimana ketemu nasabah (walaupun memang levelnya beda dan kalau nanti saya kelak handle nasabah sendiri pasti bakal harus banyak belajar lagi). Tapi diambil positifnya aja.

Tantangannya? Banyak. Saya belajar memahami karakter si Beliau, berusaha menyesuaikan dengan keinginan dan kebiasaan Beliau. Kadang kalau saya membandingkan dengan teman-teman yang posisi nya sama dengan saya, bagaimana hubungannya dengan “Beliau” yang lain, campur aduk rasanya. Hahaha… diawal-awal saya banyak merasa sedih kalau membandingkan yang lain terlihat sangat attach sementara saya, lagi-lagi, meraba-raba saya harus ke arah mana, harus sejauh apa yang saya lakukan. Tapi itu proses. Saya belajar untuk itu, saya belajar untuk inisiatif dan tidak hanya menunggu. Saya ngerasain dari mulai di awal Beliau (bahkan) hanya melihat saya sepersekian detik ketika saya samperin, tetap “batu” kirim report atau apa yang kira-kira Beliau butuh, “muka badak” tiba-tiba muncul di acara yang Beliau hadir hanya untuk memastikan semua berjalan baik-baik saja dan Beliau tidak butuh suatu apapun. Yah~ capek? Mana ada kerja yang gak capek =P.
Hampir 7 bulan saya menjalankan tugas ini, saya belum bisa bilang sudah memahami Beliau. Sama sekali belum. Saya masih meraba sana-sini, tapi perlahan saya mulai menyesuaikan dengan Beliau. Kadang pengen juga sih minta dievaluasi kinerja saya selama ini gimana, yang jelas I’ve tried my best.
Lucunya juga, beberapa orang terkadang menanyakan hal –hal tertentu seolah saya sudah memahami Beliau. Beberapa bisa saya jawab, beberapa juga saya sendiri masih meraba. Kalo udah gitu saya cuma bisa senyum, i might have not undesrtand him so well, but I try to. Sampai kapan? Sampai amanah ini berakhir. Kalimat pembuka diatas selalu saya ingat-ingat kalau saya lagi merasa butuh re-charge energi. Tugas saya kan cuma menjalankan sebaik-baiknya :)

Anyway, terlepas dari hal tersebut adalah tugas, saya pribadi sebenarnya menyayangi Beliau seperti Bapak saya sendiri. Ini beneran dan bukan maksud apa-apa. Hahaha.. Sometimes he just reminds me of my own dad. Pernah suatu kali Beliau sakit dan tetap disibukkan oleh pekerjaannya, saya bener-bener ngerasa nggak tega sampai mau nangis. Pengen rasanya saya larang Beliau memforsir diri dan suruh istirahat. *yakalik tapi apalah saya ini*. Saya cuma bisa sekali dua kali menyampaikan agar Beliau istirahat. Sampai saya berfikir, kalau ini Bapak kandung saya sendiri pasti udah saya suruh istirahat aja sampe sembuh. :)

There are still few months to go.. dari awal, sekarang, dan insya Allah sampai amanah itu selesai diberikan pada saya, saya berulangkali camkan di pikiran saya:
I’ve never ask for this task, I don’t have ambition on it either. So I have nothing to lose, just (surely) wanna do my best. Let Allah assess you.

Sunday, April 13, 2014

Trip to Beijing-Shanghai - Day 1


Akhirnya kami menjejakkan kaki juga di Zhongguo! Ya, kami sampai di Beijing Capital International Airport jam 1 dini hari. Setelah melewati imigrasi dan ambil bagasi kami menunggu di ruang tunggu bandara, setelah sebelumnya ke mampir ke KFC beli dou jiang (susu kedelai).
@ Beijing Capital International Airport
Planning awal kami menunggu jam subway beroperasi sekitar jam 6, namun di tengah menunggu akhirnya galau. Dengan pertimbangan bawaan rempong dan pertama kali, Yovie usul supaya kita naik taksi aja ke hostel. Akhirnya kami pun memutuskan keluar bandara cari taksi, dan BRRRRR sumpah itu dingin BGT! *Ya secara ini pertama kalinya dalam hidup ngerasain suhu minus ya. Efeknya juga udah kaya di film, napas nya keluar embun putih. Hehehe.
Nunggu pagi di ruang makan hostel
Akhirnya kami dapat taksi dan langsung minta diantar ke Beijing Saga Youth Hostel di Shijia Hutong. FYI, kami sudah book jauh-jauh hari di booking.com. Pertimbangan kami pilih hostel itu selain review nya bagus, juga waktu check in nya cukup pagi. Sebenernya kami agak gambling juga memutuskan datang jam segitu, tapi kami pikir yang penting sampe hostel dulu deh, mudah-mudahan dibukain pintu. Di dalam taksi tentu saja Yovie yang jadi jubir kami..hahaha~ Kami sedikit-sedikit ngerti bagian dia cerita kalau ini pertama kali nya kami ke Zhongguo, lalu si supir taksi bilang Beijing ini gede banget, yang biasa dikunjungi wisatawan pasti Gugong (forbidden city), great wall, tiantan. Kata Yovie, sang supir juga bilang tadinya nggak mau mengangkut kami begitu lihat saya dan Dewi karena dia nggak bisa bahasa inggris, tapi begitu liat ada Yovie yang mukanya udah nyaru kaya orang zhongguo dia oke deh.

Walaupun Hostel tapi kamarnya bersih

Akhirnya kami tiba di hostel sekitar pukul 2 dini hari, untungnya kami dibukain pintu, dan akhirnya karena belum waktu nya check in, kami dikasih tebengan di ruang makan untuk menunggu pagi. Lumayan buat tidur dulu walopun di kursi. Jam 6 an kami baru check in dan ke kamar. Karena tepar, kami sempat tidur dulu sejam sebelum akhirnya janjian dengan teman yang juga akan menemani kami di Beijing.
Kami berkenalan dengan teman-beijing kami, namanya Hu Qiu Shi dan Yuna. Yuna lumayan bisa bahasa inggris katanya. Tujuan kami hari itu sebenarnya mau ke zoo liat panda dan jalan jalan sekitar Forbidden City, wangfujing, Tiananmen. Kami benar ke zoo, namun karena ternyata forbidde city hari itu tutup (entah karena ada event apa gitu waktu itu), kami mengalihkan ke Tiantan, dan tentunya tetap Wangfujing yang hits itu.
papan rute subway

Stasiun subway dekat hostel - Dengshikou St
petunjuk jalan di Beijing

Di Beijing zoo akhirnya kami lihat secara langsung Panda! Sayang tetap dikandangin jadi liatnya di balik kaca. Dari Beijing Zoo, kami ke Tiantan (Temple of Heaven). Disini banyak lansia yang sekedar duduk main mahjong, atau taici, atau kumpul-kumpul aja sesame mereka. So sweet deh liatnya. Tiantan itu konon tempat sembahyang para keluarga kaisar. Bentuk nya sendiri bulat dan ada filosofinya.


lansia yang kumpul di Tiantan
New Friend =)

Ada spot menarik di Tiantan ini:
1.       Tembok gaung (entah dinamain apa), tapi yang jelas tembok nya itu berbentuk kurang lebih setengah lingkaran. Konon katanya kalau kita teriak di satu sisi, orang yang ada di sisi seberang bisa dengar lewat tembok tersebut. Kami nyoba sih, tapi gak terlalu berhasil :p
 2.  

Ada batu yang konon katanya itu center , kalau kita ngomong dengan suara biasa disitu akan kedengeran lebih besar suaranya (seperti teriak). Dan orang-orang juga percaya kalo berharap disitu bisa jadi beneran, Yovie pernah berharap balik lagi ke Tiantan, dan bener dia balik lagi..Hahahah






Selanjutnya kami ke Wangfujing. Ini tempat lebih tepatnya jalan yang panjang begitu loh, nggak sebesar jalan biasa tapi juga nggak se-sempit gang. Yang paling terkenal disini adalah night market yang jual berbagai makanan/sate ekstrem, misalnya sate kalajengking, bintang laut, sampe yang paling yuckkkk banget adalah sate lava -.-“ Saya dan dewi sendiri
Sate binatang ekstrem di Wangfujing
 coba sate kambing khas zhongguo yang enak bangettt, nyoba sate cumi juga. kami dibeliin bing tang hulu juga ,persis kaya di film-film china klasik. Kami juga cicil cari-cari oleh-oleh. Satu hal yang harus selalu dilakukan selama belanja disini: Nawar! Kalo bisa pake zhongwen tapi kalo nggak juga gpp, mereka biasanya tawar menawar pake kalkulator. Karena penjual disini tega banget kalo kasih harga..

Pintu Masuk Wangfujing



Lucunya juga waktu kami naik subway ataupun bis kota, orang zhongguo pada kepo banget liat kami. Sempat ada yang liatin saya dan Dewi selama beberapa detik sengaja saya biarin aja sebelum akhirnya saya nengok tiba-tiba dan dia langsung mengalihkan muka. Berasa lucu aja diliatin penasaran gitu dan ketika kami ngomong Indonesia mereka ngeliatin. Berasa bule kalo di Indonesia.
Pengalaman menarik lainnya waktu kami lagi nungguin Yuna dan Qiu Shi ke toilet, ada seorang penjual topi menghampiri Yovie, saya dan Dewi. Dia nawarin topi ke kami, kami tolak secara halus pake bahasa Mandarin. Si Bapak tersebut tampak takjub lihat kami *terutama saya dan Dewi yang bermuka sangat non oriental* dan komen kalo zhongwen kami bagus *geer dikit..haha*, terus dia nebak kami ini pelajar. Kami jawab "bukan, kami turis". Dia  sambil senyum masih bilang "wah.. zhongwen kalian bagus.." dan sesaat jadi amaze juga sama reaksi nya yang tetiba ramah, mungkin seneng kali ya, kaya' kita aja kalo ada turis bisa Bahasa Indonesia kan jadi antusias :D


Next: Trip to Beijing-Shanghai - Day 2

Saturday, April 05, 2014

Trip to Beijing-Shanghai - The Preparation

Bismillah…
I’m back! Akhirnya menyempatkan waktu untuk share trip saya 1,5 bulan yang lalu ke salah satu tempat impian saya: Zhongguo! =)

Tulisan ini akan dibagi beberapa part dan mudah-mudahan saya konsisten menulisnya. Amin.
Didasari kesukaan saya pada hal-hal berbau oriental, saya akhirnya berhasil menjejakkan kaki di Negeri Tirai Bambu. Alhamdulillah! Ini termasuk mimpi dan resolusi saya dari tahun ke tahun yang akhirnya baru kesampean tahun ini.Hehehe. 
Tersebutlah teman saya, panggil saja Dewi, yang juga sama-sama pribumi dan memiliki kesukaan yang sama dengan saya, kami kenal beberapa tahun lalu waktu jaman kuliah dan kenalnya darimana coba? Karena kita sesama pendengar radio mandarin di Bandung waktu itu dan dia add saya di friendster (sound like a long time ago hahaha). Jadi ini mimpi kami berdua, sesama pribumi yang nggak ada tampang orientalnya sama sekali dan ga ada putihnya sama sekali, yang mulai “diseriusi” untuk melanglang buana ke Negeri Tirai Bambu mulai tahun lalu. Mulailah kami pikir-pikir mau jalan sendiri atau pake tour, planning kami waktu itu “oke, kita ke zhongguo di bulan agustus aja pake tour” dengan pertimbangan pas musim fall Zhongguo lagi bagus-bagus nya. Pake tour karena takut hilang di negeri orang. Iya sih, kami bisa zhongwen dikit-dikit tapi tetep aja kalo berduaan kesana itu terlalu nekat, pikir kami.
Trip partner

Sampai beberapa bulan kemudian, Dewi dengan antusiasnya bilang ke saya “Yus, ke zhongguo bareng Yovie yuk. Pas libur sincia dia ke Indo, pas dia balik zhongguo kita bareng aja.” Jrengggg.. *jujur langsung ikut antusias tapi deg-degan juga* Gimana engga, tadinya mau bulan agustus pake tur, ini tiba-tiba mau ikut salah satu teman kami (yang juga dulunya pendengar radio mandarin dan sedang kuliah di zhongguo sekarang) dan pergi bulan februari! Dengan banyak pertimbangan bin galau-galau, singkat cerita kami memutuskan, yes.. ayo kita niatin pergi ke zhongguo tanpa tur bulan februari. Mulailah kami ambil langkah yang “tidak terlalu berisiko”, ikut beli tiket ke zhongguo bareng Yovie, yah sesial-sialnya kalo nggak jadi berangkat korban harga tiket itu. Tapi kata orang kalo kebanyakan mikir juga gak bakal jadi, so memang harus diawali dengan satu langkah konkrit yang nanti akan mendorong ke langkah-langkah berikutnya, akhirnya kami beli lah tiket tersebut : Air Asia JKT-Beijing 16 Februari. Walau terdengar agak norak tapi saat itu kami benar-benar deg2an nggak percaya sudah berani ambil langkah itu *yaa,,secara kami bukan orang kaya yang beberapa kali ke luar negeri juga, perjalanan keluar negeri saya cuma 2x doang seumur-umur, terakhir saya keluar negeri juga ke Singapore doang dan dibayarin orang =P. Lambat laun dengan segala perjuangan, tantangan dan bahkan udah pasrah nyaris batal ke zhongguo *halah* akhirnya kami berhasil mewujudkan rencana kami.
Karena kami nggak ikut tour, kami pun sudah merencanakan berbagai planning, misalnya:
  • Tujuan kami ke Beijing dan Shanghai dalam seminggu, tapi teman saya yang kuliah disana itu nggak bisa menemani di Shanghai, jadi dengan nekat juga saya dan Dewi memutuskan “gapapa deh” nanti pulang dari Shanghai ke Jakarta nya berdua aja.
  • Kami kontak teman saya (yang lain) di zhongguo, mengabari kami akan kesana dan apakah ada yang bisa menemani kami selama disana, terutama di Shanghai. Dan oke, sampai dengan beberapa hari sebelum keberangkatan akhirnya kami mendapat kepastian akan ada yang bisa jadi guide kami di Beijing dan Shanghai.
  • Eh kebetulan banget *rahasia Allah* pas saya minta ijin cuti ke bos saya, bos saya bilang ke saya untuk kasih tau ke cabang kantor kami di shanghai. Awalnya saya beralasan ini kan trip pribadi, nggak enak kan nanti kesannya malah memanfaatkan atau apa, dan saya nggak kenal juga dengan orang-orang disana, tapi okelah saya nurut akhirnya.

Dengan segala persiapan matang itu akhirnya berangkatlah kami ke Zhongguo! Transit di Kuala lumpur kurang lebih 3 jam dan dari Kuala Lumpur ke Beijing itulah kita mulai “berada di dunia lain”. Udah banyak yang ngomong zhongwen mulai di bandara dan di pesawat. Lucunya, karena Yovie berwajah sangat oriental banyak orang mengira dia orang zhongguo tulen, padahal dia Chinese Indonesian. Jadilah pas kita bertiga ngobrol dalam bahasa Indonesia, beberapa orang ngeliatin kami, terutama Yovie.

Dari Indonesia kami nggak menukarkan terlalu banyak ringgit, cuma nuker sekitar 50 ringgit buat makan di bandara dan di pesawat ke Beijing, secara nanti sampai Beijing dini hari jam 1 pagi. *nasib low cost flight* hahaha
Fried Mie Mamak @ LCCT Kuala Lumpur

Nasi Rendang ala Air Asia

Sunday, January 05, 2014

Welcoming 2014

Bismillah..


 Seperti biasanya, saya selalu review sedikit tiap akhir tahun. Kali ini agak telat sedikit tapi nggak apa-apa lah ya. Yang penting niatnya. Sayangnya juga review tahun-tahun sebelumnya ada di blog lama saya yang sudah mati website nya itu :(


2013..
It was a hard year for me, full of lesson-year as well. Di tahun ini saya mendapat cobaan pelajaran yang bikin saya belajar banyak hal. Saya pernah catat hal ini sebenernya, sebagai sesuatu yang mudah-mudahan bisa saya jadikan pelajaran berharga buat anak saya kelak (well prepared banget ya..hahaha). Dua hal besar yang bisa saya ambil dari pelajaran yang saya alami.

Satu, saya yakin banget Allah SWT sayang banget sama saya, saya bisa bilang itu karena pertama kali banget “cobaan” itu dimulai adalah tanggal 1 Ramadhan kemarin. Semenjak itu lah pergulatan batin saya dimulai. semua kegalauan saya, tangisan saya, rasa sakit saya, dimulai dari hari itu. *loh jadi curcol*. Intinya saya benar-benar merasakan titik dimana saya down dan berusaha keras untuk bangkit. Tapi dibalik sakit yang saya rasakan itu saya merasa Allah sayang banget sama saya sampai dikasih pelajaran pas banget mulai hari itu. Saat itu bisa dibilang saya mencari pelarian, caranya? saya jadi nyari2 momen buat dengerin ceramah dan berusaha mendekat ke Dia. Bukan saya sok alim, NO. saya sadar diri saya masih sangat kacau, tapi waktu itu waya merasa betul-betul butuh sesuatu yang bisa bikin rasa sakit saya berkurang. Saya merasa itulah yang saya bisa, daripada saya lari ke hal-hal aneh, saya nggak peduli dicap sok alim lah apa lah. Abis saya melakukan pelarian ke Dia, apakah saya otomatis jadi super woman? Ya enggak lah, but it helps. Really.
Beberapa kali masih belum hilang sakitnya, tapi kadang saya merasakan kekuatan yang bisa membuat saya lebih baik, dan saya yakin itu bukan kekuatan saya, itu Dia yang ngasih. Seiring waktu Dia membantu saya bangkit dan berusaha menerima cobaan tersebut. Terkesan lebay kali ya, tapi saya adalah penganut “kalo nggak ngerasain sendiri pasti nggak tau gimana rasanya dan perjuangannya” hehehe. I’m better now, because of Him. Meskipun kadang saya tetap seorang manusia biasa yang kadang terbersit “kenapa rasanya nggak adil banget buat saya”, tapi saya belajar bahwa Allah itu Maha Adil. Bahkan orang non muslim pun pasti percaya apapun ada balasannya kan. Tuhan itu Maha Adil, Dia ga pernah tidur, apa yang kita lakuin pasti akan dapet balasannya, even lewat cara yang ga kita duga-duga.
Beberapa waktu lalu saya juga dapat teori soal keseimbangan di alam ini. Intinya apa yang kita keluarkan pasti sama dengan yang kita dapat. Jadi coba introspeksi diri aja, soal orang lain yang menyakiti kita, biarkan Allah bekerja dengan caraNya. We just have to believe it :)

Dua, masalah membuat kita tahu bahwa keluarga lah tempat kita kembali (setelah yang pertama tadi Tuhan). Orang tua. Beneran deh orang tua selalu ada saat dimana kita down. People can ignore you, can tell that you’re lebay, can’t feel how you feel, but you parents won’t do it. They will listen to you, encourage you no matter what, and of course they always pray for you!
Problem also can show you people who really care about you. You’ll know who you can rely on.

Dalam hal mimpi saya yang ingin saya raih di 2013 nggak terlalu banyak hal berarti sih.hahaha… salah satu mimpi saya yaitu ke China belum bisa saya wujudkan tahun ini, walaupun saya udah temple beginian di meja:




Tapi gapapa, yang penting bermimpi dulu, insya Allah itu mendorong kita mewujudkannya. I’m on my way to make it comes true!
Jadi inget dulu pas kuliah ngejar lulus sidang juga bikin tempelan. And I made it. J jadi ada baiknya juga di-visualisasikan biar termotivasi terus.

Tempelan di kamar kos waktu ngejar sidang sarjana
Di tahun 2014 resolusi atau harapan saya sebenernya nggak muluk-muluk (tapi katanya kalo bikin mimpi mending yang tinggi sekalian ya).  
  • Hidup dengan sehat dan bahagia selalu sekeluarga sama ayah, ibu, adik.
  • Menemukan partner yang membahagiakan dunia akhirat dan saya juga bisa membahagiakan dia dunia akhirat. Hohoho..
  • Ke China!
  • Semoga bisa melakukan hal-hal yang saya sukai lebih sering: bermandarin ria, nulis, main piano, mulai crochet an lagi
  • Dalam hal kerjaan/karir, mendapat jalan kearah yang saya senangi, atau s2 mungkin? Hehehe.. ga ada yang tau masa depan.

Sekian resolusi saya. Semoga terwujud. Amiin ya Robbal 'alamiiin... :)
 

Goresan Kalimatku Template by Ipietoon Cute Blog Design

Blogger Templates